Rabu, 04 September 2013

Jika aku adalah sungai...kamulah hujan..yang jadi larutkan keruhku..mengalir bebas menuju lautan lepas..


Mimpi harus diwujutkan meskipun tak sempurna dan retak retak

Setelah menjalani proses produksi sekitar satu setengah tahun, film adaptasi novel karya Iwan Setyawan berjudul 9 Summers 10 Autumns akhirnya secara resmi merilis trailer dan poster terbaru. Film ini rencananya akan siap tayang di bioskop sekitar bulan April atau Mei 2013. Untuk posternya, pihak Angka Fortuna Sinema merilis beberapa versi dari karya desainer Itjuk. Di poster tersebut ada yang menonjolkan konflik antara karakter Iwan dengan bapaknya, menampilkan Iwan dewasa dengan iwan semasa kanak-kanak dan keberhasilan Iwan di New York yang tetap masih memiliki kekurangan. Seperti diketahui, film 9 Summers 10 Autumns mengisahkan tentang kisah hidup Iwan Setyawan, anak sopir angkutan umum asal Batu, Malang. Keterbatasan ekonomi ternyata tak menyurutkan niat Iwan meraih pendidikan tinggi. Ia berjuang keras untuk bersekolah hingga kuliah jurusan statistik di Institut Pertanian Bogor. Hidup di rumah kecil tanpa memiliki kamar, memotivasinya untuk memiliki kamar sendiri. Usai menuntaskan pendidikan, ia kemudian merantau ke Jakarta. Anak lelaki dari 5 bersaudara ini berhasil mencapai puncak karirnya sebagai Director, Internal Client Management di Nielsen Consumer Research di New York, Amerika Serikat. "Iya kami sengaja membuat poster ini beberapa versi dan mempercayakan hal itu kepada Itjuk. Kalau mengenai tanggal pasti rilisnya saya belum bisa kasih tahu sekarang yang jelas satu bulan hingga satu bulan setengah dari sekarang. Nggak mungkin sampai dua bulan kok," ujar Edwin Nazir selaku produser film 9 Summers 10 Autumns. Film yang berdurasi 112 menit ini nantinya akan dibintangi oleh Ihsan Tarore, Alex Komang, Dewi Irawan, Agni Pratistha, dan Dira Sugandi. Untuk mengobati rasa ketidaksabaran Anda mengenai film ini, trailer resminya film 9 Summers 10 Autumns juga sudah diriilis dimana disana menampilkan karakter Iwan mulai dari kecil hingga mencapai kesuksesan di New York.

Senin, 16 April 2012

9 Summers 10 Autumns the Movie

Di kaki Gunung Panderman, di rumah berukuran 6 x 7 meter, seorang anak laki-laki bermimpi. Kelak, ia akan membangun kamar di rumah mungilnya. Hidup bertujuh dengan segala sesuatu yang terbatas, membuat ia bahkan tak memiliki kamar sendiri. Bapaknya, sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya. Sementara ibunya, tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama empat saudara perempuan. Tak ada mainan yang bisa diingatnya. Tak ada sepeda, tak ada boneka, hanya buku-buku pelajaran yang menjadi "teman bermain"-nya. Di tengah kesulitan ekonomi, bersama saudara-saudaranya, ia mencari tambahan uang dengan berjualan di saat bulan puasa, mengecat boneka kayu di wirausaha kecil dekat rumah, atau membantu tetangga berdagang di pasar. Pendidikanlah yang kemudian membentangkan jalan keluar dari penderitaan. Dan kesempatan memang hanya datang kepada siapa yang siap menerimanya. Dengan kegigihan, anak Kota Apel dapat bekerja di The Big Apple, New York. Sepuluh tahun mengembara di kota paling kosmopolit itu membuatnya berhasil mengangkat harkat keluarga sampai meraih posisi tinggi di salah satu perusahaan top dunia. Namun tak selamanya gemerlap lampu-lampu New York dapat mengobati kenangan yang getir. Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi dan menghadirkan seseorang yang membawanya menengok kembali ke masa lalu. Dan pada akhirnya, cinta keluargalah yang menyelamatkan semuanya. ( Sekilas ttg novel 9 Summers 10 Autums karya Iwan Setyawan n nantikan filmnya )
Novel rekonsilasi masalalu dan masa depan, jika masa kini tantangan dan masa depan adalah kegelapan misteri, maka apa kekayaan terindah bila kita bukan masa lalu, biarpun kegetiran masih tergores disana? ( Komentar Mohamad Sobary/Mantan Direktur Kantor Berita Antara, budayawan, tokoh NU.

Sabtu, 14 April 2012



Bisnis film sedang lesu penonton, cerita yang disajikan masih berputar dengan genre komedy dan horor, para produser sekarang berhati hati memproduksi film karena nyatanya film yang sukses sebelumnya dipasaran dibuat episode barunya tidak menjamin kesuksesan film sebelumnya walaupun diadaptasi dari novel laris lanjutannya ,tentunya hal ini perlu disimak secara estetika lebih dalam. Best seller novel juga tidak bisa menjamin kesuksesan meraih penonton. Sepertinya semua tergantung dari kualitas isi film itu sendiri. Ketika pembaca membayangkan novel yang di baca, mereka mempunyai imajinasi sendiri terhadap apa yang dibacanya. Sementara ketika novel itu sudah dituangkan kedalam film, Imajinasi para pembuat film baik Director, DOP, Art Director bisa berbeda dengan imajinasi pembaca novel.., namun ada hal yang bisa dipertahankan dalam persepsi imajinasi antara keduanya yaitu jiwa (Soul ) dari novel itu film ini sudah tayang akhir Desember 2011 - Pebruari 2012 diangkat dari novel laris karya Tere liye, dengan latar belakang seorang anak korban tsunami.

Sabtu, 02 Mei 2009

FTV Spesial H.U.T Jakarta. " PUTARAN MIMPI". Tayang 22 Juni 2004. Produksi RCTI


Hiburan di Jakarta begitu mahal, sehingga hiburan tuk rakyat kecil semakin terdesak, ini sekelumit cerita
tentang pemilik hiburan rakyat pasar malam yang selalu berkeliling dari satu tanah lapang ke lapang lain, . Di hiburan rakyat pasar malam itu ada seorang anak yang punya mimpi tentang masa depannya tapi mimpinya nyaris tergilas oleh kemajuan kota , tidak ada lagi tanah lapang untuk areal bermain dan bermimpi.

Sutradara : Hanung Bramantyo
Pemain : Egidia, Agus Kuncoro, Ananda George, Cindi
Produser : Lies Yanti
Produksi : RCTI

Rabu, 11 Maret 2009

Kejar kamu, kau kutangkap

Dalam data penonton Film di tahun 2008 , hanya ada 3 judul film yang bisa meraih penonton diatas 1 juta. Film Ayat Ayat Cinta, Tali Pocong Perawan dan Laskar Pelangi ( data kompas). Lantas mengapa film Indonesia tahun 2008 yang mencapai lebih dari 80 film tidak berhasil mendekat kepada selera penonton, ada apa denganmu? secara tehnik film film sekarang cukup baik , namun sayangnya isi cerita masih meraba selera penonton. Ketika film Komedy yang agak" beraroma dewasa" cukup diminati penonton, maka muncullah film film lain mengekor dengan thema yang sama, tapi sayangnya juga tidak bisa mendekat pada selera penonton. Saat Film Ayat Ayat Cinta berhasil meraih angka penonton yang cukup fantastik, buntut dengan thema film seperti itupun bermunculan, tapi tetap saja tidak bisa mengulang keberhasilan Film Ayat Ayat Cinta..., lantas kemana larinya penonton?.. Ada ruang psikologis di diri penonton yang sebenarnya ingin dititipkan pada film yang mereka tonton, ada sebuah kekosongan dan kerinduan untuk diisi ketika menyaksikan Film, ruang itulah yang harusnya sadar untuk diisi oleh para pembuat film.. sebenarnya bila disederhanakan dengan kata ,penonton merindukan sebuah " Kebaikan yang menghibur", namun untuk mencapai pada titik itu, lewat cerita panjang kadang ceritanya yang dibuatnya sering kali dikemas tidak natural, sementara penonton kita sudah semakin cerdas.., hanya beberapa penulis skenario dan sutradara yang bisa mencapai titik itu.., hal ini sesungguhnya bisa dipelajari.., jangan pernah merasa "ada didepan atau dibelakang" dari kesuksesan sebuah film, tapi sebaiknya berada disampingnya hingga kita bisa mengamati dengan jernih kebaikan kebaikan film sukses tersebut.., hingga kita bisa berdekatan dengan Penonton...Kenapa thema lain belum tersentuh......
FTV Musikal
Komedy Satier
BIBIR MERAH WANITA
dibuat saat pemilu
tahun 2004
Produksi RCTI

Selasa, 10 Maret 2009

FTV Spesial Hari Idul Fitri " DONGENG PASIR "

( data : Kompas. 22 Nopember 2003)
Stasiun RCTI, menyambut Lebaran kali ini dengan menyuguhkan program unggulannya, seperti telesinema Dongeng Pasir, ada juga film remaja yang laris manis itu, Ada Apa Dengan Cinta? (A2DC), hingga penayangan film fenomenal karya sutradara Iran Majid Majidi, Children of Heaven.
Dongeng Pasir, yang merupakan produksi in house RCTI, akan ditayangkan pada hari kedua Lebaran, Rabu (26/11) pukul 13.00 WIB. Sementara, film yang dibintangi aktris muda jelita Dian Sastrowardoyo, A2DC?, akan diputar pada hari pertama Lebaran, Selasa, (25/11) pukul 20.00 WIB.
Dikatakan sutradara Hanny Mustofa, telesinema Dongeng Pasir mengangkat persoalan yang dialami masyarakat pesisir di Kepulauan Riau. Telesinema yang digarap bareng RCTI dengan Dewan Kesenian Kepulauan Riau itu, diangkat dari sebuah karya puisi. "Ini tantangan bagaimana memvisualisasikan karya puisi dalam bentuk telesinema," katanya kepada pers di Stasiun RCTI, Kamis (20/11).
Untuk menghadirkan nuansa masyarakat yang khas, Hanny bahkan merekrut hampir seluruh pemainnya dari penduduk asli di sekitar lokasi syuting. "90 persen adalah pemain lokal. Saya ingin menonjolkan keaslian dari karakter mereka," katanya, seraya menambahkan lokasi syutingnya sendiri dilangsungkan di kawasan Tanjung Pinang, Desa kamal, Desa Trikora, Lagot, Pulau Penyengat dan Pulau Bintan.
Sementara dikatakan produsernya,dari segi cerita film ini sangatlah ringan, namun banyak mengandung kritik sosial, "Ada hiburannya, idealisme, dan kritik sosial. Saya pikir tontonan semacam ini langka. Lewat telesinema ini, kami mencoba menyoroti persoalan pencurian pasir yang berdampak pada kehidupan masyarakat Kepulauan Riau" katanya mengomentari alur cerita yang akan disajikan.

Sutradara : Hanny Mustofa.

Pemain : Kinaryosih, Elma Theana, Billy Bujanger

Mendapat penghargaan sbg FTV berbudaya
Produksi RCTI & Dewan Kesenian Kepulauan Riau, Tahun 2003.Produser : Lies Yanti